Gunung Tampomas
Ketinggian 1.684 m (5.525 ft)
Lokasi Jawa Barat, Indonesia
Koordinat 6,77°LS 107,95°BT
Geologi
Jenis Stratovolcano
Tampomas adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Jawa Barat, tepatnya sebelah utara kota Sumedang (6,77°LS 107,95°BT). Stratovolcano dengan ketinggian 1684 meter ini juga memiliki sumber air panas yang keluar di daerah sekitar kaki gunung. Gunung Tampomas termasuk dalam area Taman Wisata Alam Gunung Tampomas
Letak Geografis
Gunung Tampomas berada di utara wilayah Kabupaten Sumedang. Secara administratif, kawasan Tampomas berada di tiga kecamatan, yaitu Buahdua, Conggeang, Paseh, Cimalaka dan Tanjungkerta. Luas area Taman Wisata Alam Gunung Tampomas adalah 1.250 hektar.
Kawasan Hutan Gunung Tampomas termasuk dalam tipe hutan hujan pegunungan dengan keanekaragaman flora dan fauna. Tumbuhan yang mendominasi kawan ini adalah jamuju, rasamala dan saninten. Sedang jenis hewan yang liar dan banyak ditemui adalah kancil, lutung, babi hutan dan beberapa jenis burung.
Puncak Tampomas
Hutan Pinus di Gunung Tampomas
Puncak Gunung Tampomas (penduduk setempat menyebutnya Sangiang Taraje) adalah sebuah lahan luas setinggi 1684 mdpl seluas 1 hektar yang berada di ujung paling atas Gunung Tampomas. Lokasi ini memiliki estetika tinggi karena dari tempat ini wisatawan dapat menikmati pemandangan indah ke arah Kota Sumedang dan sekitarnya. Adanya lubang-lubang kawah dan batu-batu besar berwarna hitam manambah kekayaan imajinasi bagi yang melihatnya.
Sekitar 200 meter ke arah utara dari puncak Sangiang Taraje, terdapat makam keramat yang dikenal dengan nama Pasarean. Menurut kisah, tempat tersebut adalah petilasan dari Prabu Siliwangi dan Dalam Samaji pada masa kerajaan Pajajaran Lama.
Untuk mencapai kawasan puncak Tampomas, ada beberapa jalur (pos) pendakian. Diantara jalur yang sering digunakan oleh pendaki adalah jalur Narimbang, Cibeureum dan Buahdua. Di pos pendakian Narimbang terdapat mata air dan curug Ciputrawangi yang terkenal.
LEGENDA GUNUNG TAMPOMAS SUMEDANG
Gunung Tampomas adalah salah satu gunung di Jawa Barat yang terletak di Kabupaten Sumedang. Taman Wisata Alam Gunung Tampomas masuk Kecamatan Buahdua, Congeang, Sidang kerta dan Cibereum Kabupaten Sumedang. Keadaan Taman Wisata ini bergunung-gunung dengan ketinggian antara 625-1.685 meter di atas permukaan laut dan seluas 1 Ha. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di gunung Tampomas temasuk iklim tipe B dengan curah hujan rata-rata 3.158 mm per tahun. Puncak Gunung Tampomas disebut Sangiang Taraje. Lokasi ini sangatlah keren karena dari puncak kita bisa melihat pemandangan alam yang indah ke arah Sumedang dan sekitarnya. Ada juga lubang-lubang bekas kawah dan batu-batu besar berwarna hitam yang menambah keindahan lokasi ini bagi yang bisa melihatnya. Badan gunung ini dikellingi oleh 5 kecamatan (Cimalaka, Paseh, Conggeang, Buahdua dan Tanjungkerta). Masing-masing kecamatan memiliki air terjun dan beberapa mata air. Keistimewaan dari wilayah Sumedang ini adalah mempunyai sebuah gunung yang nunggal jadi tidak heran kalau Gunung Tampomas itu sangat dikeramatkan. Asal nama Sumedang adalah Su -Medang-Larang. Su berarti bagus, sae, elok. Medang berarti wilayah yang bersinar, tempat yang bercahaya, terang, caang, madangan. Larang berarti mahal, tiada bandingannya.
Gunung tersebut merupakan gunung yang paling tinggi di bumi Sumedang, menyimpan mitos yang belum terungkap. Kisah yang telah diwariskan secara turun temurun menuturkan Gunung tersebut ratusan tahun dipandang sebagai tempat kekuatan gaib. Orang pertama yang menginjakan kaki di gunung tersebut adalah Prabu Sokawayana (putra Prabu Guru Haji Adji Putih) yang kedua, atau adik kandung Prabu Tadjimalela. Beliau mengadakan perjalanan keliling ke daratan tinggi tersebut atas perintah ayahnya agar memperluas wilayah pemukiman di sekitar kaki gunung tersebut. Kemudian mendirikan Medang Kahiyangan artinya tempat ngahiyang atau tilem. Dalam perkembangannya tempat tersebut disucikan menjadi tempat keramat yang memiliki kekuatan gaib. Bagi seseorang yang menyempurnakan ilmu disitu akan mampu ngahiyang atau hilang tanpa bekas.
Memasuki abad ke-XVIII, gunung tersebut akan meletus bahkan penduduk di sekitarnya diguncang gempa. Pangeran Sumedang datang ke gunung tersebut untuk melakukan deteksi kebatinan, dengan menancapkan keris pusaka Kujang Emas ditengah-tengah puncaknya. Kemudian setelah itu dari perut gunung mengeluarkan aip panas yang mengalir ke kawasan Conggeang dan sekitarnya.Sejak itu pula gunung tersebut dikenal dengan Gunung Tampomas, diambil dari perkataan “tanpa kujang emas) akan meletus.
Semula gunung Tampomas bernama gunung Gede dan sebelumnya bernama gunung Geulis. Namun orang Indramayu yang mengkeramatkan gunung tersebut menyebutnya dengan Gunung Tampomas. Tampomas berasal dari kata Tampo Emas yang berarti yang menerima emas (berupa senjata pustaka yang terbuat dari logam mas yang disebut dengan Pendok Mas yang disimpan di Puncak gunung dengan cara supranatural agar gunung itu tidak meletus maka alhasih Conggeang sebagai buangan gas dan air panas dari dalam perut gunung). Menurut sejarah gunung Tampomas dulunya sering meletus dan berakibat masyarakat sekitar gunung menderita.
Gunung Tampomas dihuni oleh pelbagai jenis fauna seperti trenggiling, owa yang mukanya berwarna hitam, lutung dan monyet biasa. Ada juga Harimau Lodaya, Harimau Kumbang, Harimau Tutul, Meong Congkok, Landak, berbagai jenis ular dan kaljengking.Adapun flora yang ikut menghuni gunung ini seperti Jamuju, Rasamala, dan Saninten.
Dongeng Tampomas.
Dengan melihat Gunung Tampomas yang menjadi salah satu saksi bisu perjalanan sejarah Sumedang pada khususnya dan tanah Sunda pada umumnya, kabarnya bagi sebagian orang akan terasa suasana mistis yang cukup kuat, oleh karenanya Gunung ini banyak dijadikan tempat bertapa, semedi, atau ngelmu, karena kabarnya dulu Prabu Siliwangi juga pernah bertapa di gunung ini.
Dilihat dari tempat-tempat tertentu pun suasana mistik bisa terasa, seperti halnya tidak tahu kenapa ketika mengambil foto atau gambar ini dari kawasan hutan di Wargaluyu ini saya merasakan hawa mistik yang lumayan kuat , ah terlepas dari itu semua saya jadi ingat sebuah cerita rakyat tentang Gunung Tampomas dengan judul Sasakala Gunung Tampomas, yang menceritakan asal muasal nama Gunung Tampomas. Sasakala sendiri artinya adalah mitos atau dongeng, ..berkaitan dengan Sasakala Gunung Tampomas sendiri kurang lebih begini ceritanya :
Sasakala Gunung Tampomas
Diceritakan, Gunung Gede yang ada di Sumedang mengeluarkan suara yang menyeramkan.
Suaranya bergemuruh, dari puncaknya keluar asap bercampur debu yang menyala-nyala, dan sepertinya gunung ini akan meletus. Rakyat Sumedang ketika itu sangat-sangat kaget dan ketakutan melihatnya dan berfikir bagaimana jadinya jika Gunung Gede itu benar-benar meletus ?
Tidak diketahui siapa Bupati yang menjabat waktu itu, tapi yang pasti bupati tersebut sangat sayang dan welas asih kepada rakyatnya serta bijaksana. Walau belum ada rakyat yang melapor, sebenarnya beliau telah mengetahui bagaimana kedaan rakyatnya yang diliputi kegelisahan saat itu, dan beliau tidak berhenti memutar otak dan berpikir keras agar bisa menyelamatkan rakyatnya.
Didorong oleh rasa sayang kepada rakyatnya itu, beliau lalu menyepi di satu kamar, bersemedi memohon petunjuk dari paradewa, siapa tahu dengan begitu beliau bisa menghadap ke Yang Tunggal, diberi petunjuk untuk menyelamatkan rakyatnya.
Dengan kesungguhannya berdoa, Alhamdulillah, maksud Kanjeng Bupati kesampaian. Pada suatu malam, Kanjeng Bupati bermimpi didatangi seorang kakek, kakek-kakek tersebut memakai pakaian serba putih dan berbicara dengan sangat jelas "Cucuku yang tampan dan gagah, Eyang sudah tahu bagaimana kebingungan serta kegelisahanmu, Eyang ingin membantu agar rakyat cucuku bisa lepas dari ketakutan dan kekhawatirannya. Gunung Gede harus ditumbal oleh keris pusaka kepunyaan Cucuku yang terbuat dari emas. Dan Eyang titip, cucu jangan merasa sayang dan menyesal (telah menumbalkan keris emas), nah begitu saja dari Eyang".
Setelah berkata demikian, kakek tersebut langsung menghilang dari mimpi Kanjeng Bupati...setelah diterimanya ilapat atau wejangan tersebut, Kanjeng Bupati bergegas keluar dari kamar dan membawa keris pusaka miliknya.
Beliau langsung berangkat menuju ke puncak Gunung Gede, beliau sigap dan terlihat terburu-buru karena takut Gunung Gede keburu meletus...walaupun rakyatnya saat itu sedang dilanda kebingungan, tapi ketika menyaksikan Bupatinya berangkat ke puncak gunung mereka tidak berdiam diri, mereka tidak tega Bupati pergi seorang diri...dan akhirnya mereka pun meyertai kepergian Bupati ke puncak Gunung Gede.
Setibanya di puncak Gunung Gede, Kanjeng Bupati tidak berlama-lama...keris emas yang digenggamnya langsung dilemparkannya ke kawah Gunung Gede, rakyat yang dari tadi mengikutinya hanya bisa melongo dan tidak percaya, karena mereka tahu keris tersebut adalah keris kesayangan Kanjeng Bupati. Ketika keris tersebut sudah berada dalam kawah Gunung Gede, seketika itu juga suara yang tadinya menggelegar angker menakutkan langsung hilang seketika. Bumi yang bergetar seolah gempapun langsung hilang tak terasa lagi getarannya. Seketika rakyat langsung bersorak bersuka cita dan langsung sujud kepada Kanjeng Bupati sebagai tanda terima kasih dan semua berikrar akan setia kepadanya, ikrar tersebut diterima oleh Bupati dengan haru dan sikap rendah hati...hatinya gembira karena bisa menghindarkan rakyatnya dari bencana.
Semenjak saat itu, Gunung Gede tersebut disebut dengan nama Gunung Tampa Emas (menerima emas) oleh penduduk sekitar, dan seterusnya pengucapannya berubah jadi "Gunung Tampomas".
Begitulah dongengnya sob tentang asal muasal nama Gunung Tampomas, mungkin sobat-sobat juga pernah ada yang membaca tentang Sasakala Gunung Tampomas ini tapi berlainan versi ?? memang cerita tentang Sasakala Gunung Tampomas yang berkembang di masayarakat Sumedang kabarnya ada beberapa versi, ada juga kisah yang titik ceritanya di daerah Cipanas Buahdua, dan dengan nama Bupati yang diketahui...tapi alur ceritanya kurang lebih sama dengan diatas, menceritakan tentang Gunung Gede yang akan meletus, dan kebetulan cerita di atas lah yang saya sedikit hapal dan saya coba ceritakan kembali pada sobat-sobat semuanya...semoga bermanfaat ya...
Peninggalan Sejarah di Puncak Gunung Tampomas
Gunung Tampomas dengan kekuatan fenomena alamnya memang begitu indah,unik, penuh misteri dan mampu menggoda jiwa petualang bagi para petualang alam bebas untuk mendakinya. Apalagi Gunung Tampomas di lain sisi selalu di kaitkan dengan hal-hal atau macam-macam yang sedikit agak berbau Magis. Benarkah ?
Gunung Tampomas yang berdiri gagah dan indah yang terlihat di sekitaran kota Sumedang ini memang tidak setenar gunung-gunung lainnya di Indonesia khususnya di pulau Jawa, tetapi Gunung Tampomas mampu menghadirkan pesona alam yang indah dan memberikan kepuassan bagi para pendaki yang berpetualang di alam bebasnya, dan Gunung Tampomas juga melahirkan sejumlah cerita-cerita yang sarat akan sejarah.
Diantaranya ada peninggalan Tapak (bekas) kakinya Prabu Siliwangi Raja Pajajaran yang terkenal akan kegagahan dan kesaktian-nya, dan juga makam Ranggahadi dan Istrinya yang menurut cerita mereka itu merupakan kerabat dari Prabu Siliwangi. Dan di kawasan Gunung Tampomas di temukan juga Situs peninggalan sejarah masa lalu, diantaranya seperti Batu bergambar, Pecahan Arca, Pagar Batu, Piramida Kecil, dan Patung Ganesha.
Itu semua di temukan oleh team peneliti dari Yayasan Padaringan. Situs Purbakala tersebut di temukan di timur lereng Gunung Tampomas di sekitaran Ciputrawangi, Leuweung Candi, Puncak Narimbang, Batu Lawang, Sawah Kalapa, Puncak Manik dan Blok Cibenteng. Batu Kasur yang konon merupakan tempat tidurnya Prabu Siliwangi dan Batu Padaringan yang konon di pakai tempat persembahan atau tempat musyawarah, ini membuktikan bahwa kawasan Gunung Tampomas kaya akan keindahan alam, cagar budaya serta sejarah dari keraja'an Pajajaran di masa ke-emassan-nya pada masa lalu di tataran sunda.
Batu Kasur / Pasare'an (tempat tidur)
yang konon tempat atau sempat di pakai
tempat istirahatnya / tidurnya Sang Raja
yang gagah perkasa yakni Prabu Siliwangi.
Satu di antara tempat sejarah yang mungkin
membuktikan cerita tentang masa lalu.
Salah Satu Route Pendakian
Rute Pendakian kami kali ini melalui dusun Narimbang Kec.Congeang Kab.Sumedang.
Mentari pagi masih hangat menemani kami, geliat kehidupan dusun Narimbang mulai terasa denyut-nya, satu persatu penduduk mulai beraktivitas memulai harinya dengan pergi ke Ladang dan Kebun-nya sepanjang jalan di sekitaran dusun Narimbang terlihat kebun-kebun salak, kolam-kolam ikan yang airnya berasal dari Gunung Tampomas. Untuk mencapai Gunung Tampomas terdapat beberapa rute pendakian bisa melalui Desa Cibeureum, Desa Cimalaka, atau Buah Dua.
Sedangkan jalur Desa Narimbang yang kami lalui sekarang merupakan jalur yang sering digunakan oleh para pendaki untuk mencapai puncak Gunung Tampomas. Nyanyian kami di sepanjang jalan TAMPOMAS NU MATAK WA'AS.
Pukul 09-00 wib kami mulai melakukan pendakian, dan belum apa-apa kami sudah di hadapkan dengan tanjakan-tanjakan yang cukup menguras tenaga, namun berkat keindahan dan kesejukkan alamnya yang disuguhkannya pada kami, itu semua dapat menghilangkan rasa letih dan lelah justru sebaliknya malah menjadi lebih semangat dan khus'syu untuk mencapai puncak berkat keindahan alam-nya.
Satu jam lebih kami tiba di pertiga'an, yaitu pertemuan rute dari arah Cibeureum, Narimbang, dan dari arah Desa Buah Dua, dari arah Desa Narimbang terus lurus menuju ke arah puncak Tampomas, karna yang berbelok ke arah kanan akan menuju ke puncak Narimbang. Sejenak kami beristirahat untuk sekedar menghapus rasa dahaga kami dan menghisap sebatang rokok sambil memandangi tanjakan yang akan kami lalui yang mungkin akan sedikit menghadang laju pendakian kami. Setelah kurang lebih seperempat jam kamipun memulai perjalanan kami, sedikit repot karna jalur yang kami lalui selain jalur yang menanjak juga tanahnya yang licin karna bercampur dengan batu-batu kecil, tapi itu semua malah membikin kami malah bertambah senang, betapa tidak di antara sahabat-sahabatku ada yang tergelincir kecil, ada yang sempat tertindih oleh sahabat yang di atasnya karna sedikit terpeleset , namun Edan, itu semua kami terima dengan tertawa-tawa dan tetap saling membantu, mungkin perkara atau hal yang seperti inilah yang bisa memperkuat / mempertahankan persaudara'an kami di setiap petualangan, justru di dalam setiap pendakian-petualangan kami melihat dan merasakan lebih besar merasa bahwa kami ini adalah satu dan satu adalah kami.
Dengan berat di punggung akhirnya kamipun sampai di sebuah batu besar, penduduk setempat yang tinggal di kaki Gunung Tampomas menyebutnya dengan BATU KUKUS. Karna menurut cerita penduduk sekitar Batu ini sering di gunakan oleh peziarah untuk bersemedi / ngalap berkah sebelum melanjutkan ziarah-nya ke tempat yang lebih tinggi, yaitu ke Patilasan Prabu Siliwangi dan Makam-makam yang berada tepat di puncak Gunung Tampomas.
Kami beristirahat di Batu Kukus sambil meregangkan kaki yang mulai terasa kaku dan pegal. Sekitar 30 menit kami beristirahat dengan di temani kesejukkan udara serta kesegar ran hembusan angin yang datang dari lembah-lembah di sekitar hutan Gunung Tampomas.
Setelah fisik kami terasa segar kembali kamipun siap untuk melanjutkan pendakian, kali ini kami dihadapkan dengan rute / trex's yang cukup menanjak dan menantang, apalagi di depan sudah siap menyambut kami yaitu Tanjakan Taraje, yang kemiringan-nya sekitar 80 derajat, di perlukan extra kehati- hatian dan tenaga extra karena jalanan terjal dan berbahaya. Batu Kukus
Selanjutnya kami harus melewati beberapa rute pendakian lagi sebelum mencapai puncak Gunung Tampomas, seperti melewati Tanjakan Taraje dan Sanghiyang Tikoro, Batu Lawang atau sanghiyang lawang, dan terakhir puncak Gunung Tampomas.
Hutan Gunung Tampomas yang bervariatif serta keharmonis- sannya, membuat perjalanan pendakian kami terasa begitu sangat menyenangkan. Sesekali suara binatang penghuni hutan saling bersahutan satu sama lain seakan-akan mengucapkan selamat datang dan salam rimba / salam persahabatan. Alhamdulillah dengan semangat dan mental yang kuat untuk mencapai puncak Gunung Tampomas, kami tiba di sebuah batu yang cukup besar ukurannya, batu ini di sebut batu Lawang, sebutan itu muncul karena persis di tengah-tengah batu itu seperti ada pintunya, oleh karena itu masyarakat sekitar menyebutnya dengan batu Lawang (pintu) dan Batu Lawang inipun sering di kunjungi oleh Batu Lawang para peziarah-peziarah.
terutama para peziarah yang datang dari sekitaran Sumedang, Cirebon, Indramayu, Majalengka dan sebagainya.
Dengan perjuangan yang keras dan banyak menguras tenaga dan cukup melelahkan sekitar 500 meter lagi kami akan mencapai puncak Gunung Tampomas, kamipun terus berjalan walau harus menahan berat beban di pundak, akhirnya kami sampai juga di Puncak Gunung Tampomas dengan cuaca yang sangat bersahabat, begitu cerah dan sungguh sungguh indah dan sujud syukurpun kami persembahkan pada-Mu ya Alloh atas ijin-Mu dalam keberhasilan kami mencapai Puncak Gunung Tampomas. Naik turun perbukitan, menjelajahi hutan-Mu, dan berpetualang di rimba-Mu sungguh pengalaman yang sangat mengasyikan dan memuaskan dan juga begitu indah dan menyenangkan ketika kami mencapai puncak-Mu. Segala lelah pegal dan peluh semuanya sirna dengan suguhan-Mu di puncak Tampomas sebagai hadiah-Mu sekali lagi sujud syukur dan rasa terima kasih kami panjatkan kepada keAgungan-Mu dan kamipun merasa lebih dekat dengan-Mu wahai sang Pencipta alam yang sungguh indah dan mempesona ini Amiin Amiin terima kasih Alloh dan tampak dari kejauhan Gunung Ciremai yang merupakan Gunung tertinggi di Jawa Barat berdiri tegap / berdiri gagah melambai-lambai seakan-akan mengucapkan selamat atas keberhasilan dan kesuksesan kami mencapai Puncak Tampomas .
Pengalaman yang akan sulit kami lupakan dan pengalaman yang sungguh sangat menyenangkan dan tak lupa terima kasih sebesar-besarnya untuk sahabat saya. kalian memang telah membuktikan bahwa kita adalah satu dan satu adalah kita.
Ketinggian 1.684 m (5.525 ft)
Lokasi Jawa Barat, Indonesia
Koordinat 6,77°LS 107,95°BT
Geologi
Jenis Stratovolcano
Tampomas adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Jawa Barat, tepatnya sebelah utara kota Sumedang (6,77°LS 107,95°BT). Stratovolcano dengan ketinggian 1684 meter ini juga memiliki sumber air panas yang keluar di daerah sekitar kaki gunung. Gunung Tampomas termasuk dalam area Taman Wisata Alam Gunung Tampomas
Letak Geografis
Gunung Tampomas berada di utara wilayah Kabupaten Sumedang. Secara administratif, kawasan Tampomas berada di tiga kecamatan, yaitu Buahdua, Conggeang, Paseh, Cimalaka dan Tanjungkerta. Luas area Taman Wisata Alam Gunung Tampomas adalah 1.250 hektar.
Kawasan Hutan Gunung Tampomas termasuk dalam tipe hutan hujan pegunungan dengan keanekaragaman flora dan fauna. Tumbuhan yang mendominasi kawan ini adalah jamuju, rasamala dan saninten. Sedang jenis hewan yang liar dan banyak ditemui adalah kancil, lutung, babi hutan dan beberapa jenis burung.
Puncak Tampomas
Hutan Pinus di Gunung Tampomas
Puncak Gunung Tampomas (penduduk setempat menyebutnya Sangiang Taraje) adalah sebuah lahan luas setinggi 1684 mdpl seluas 1 hektar yang berada di ujung paling atas Gunung Tampomas. Lokasi ini memiliki estetika tinggi karena dari tempat ini wisatawan dapat menikmati pemandangan indah ke arah Kota Sumedang dan sekitarnya. Adanya lubang-lubang kawah dan batu-batu besar berwarna hitam manambah kekayaan imajinasi bagi yang melihatnya.
Sekitar 200 meter ke arah utara dari puncak Sangiang Taraje, terdapat makam keramat yang dikenal dengan nama Pasarean. Menurut kisah, tempat tersebut adalah petilasan dari Prabu Siliwangi dan Dalam Samaji pada masa kerajaan Pajajaran Lama.
Untuk mencapai kawasan puncak Tampomas, ada beberapa jalur (pos) pendakian. Diantara jalur yang sering digunakan oleh pendaki adalah jalur Narimbang, Cibeureum dan Buahdua. Di pos pendakian Narimbang terdapat mata air dan curug Ciputrawangi yang terkenal.
LEGENDA GUNUNG TAMPOMAS SUMEDANG
Gunung Tampomas adalah salah satu gunung di Jawa Barat yang terletak di Kabupaten Sumedang. Taman Wisata Alam Gunung Tampomas masuk Kecamatan Buahdua, Congeang, Sidang kerta dan Cibereum Kabupaten Sumedang. Keadaan Taman Wisata ini bergunung-gunung dengan ketinggian antara 625-1.685 meter di atas permukaan laut dan seluas 1 Ha. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di gunung Tampomas temasuk iklim tipe B dengan curah hujan rata-rata 3.158 mm per tahun. Puncak Gunung Tampomas disebut Sangiang Taraje. Lokasi ini sangatlah keren karena dari puncak kita bisa melihat pemandangan alam yang indah ke arah Sumedang dan sekitarnya. Ada juga lubang-lubang bekas kawah dan batu-batu besar berwarna hitam yang menambah keindahan lokasi ini bagi yang bisa melihatnya. Badan gunung ini dikellingi oleh 5 kecamatan (Cimalaka, Paseh, Conggeang, Buahdua dan Tanjungkerta). Masing-masing kecamatan memiliki air terjun dan beberapa mata air. Keistimewaan dari wilayah Sumedang ini adalah mempunyai sebuah gunung yang nunggal jadi tidak heran kalau Gunung Tampomas itu sangat dikeramatkan. Asal nama Sumedang adalah Su -Medang-Larang. Su berarti bagus, sae, elok. Medang berarti wilayah yang bersinar, tempat yang bercahaya, terang, caang, madangan. Larang berarti mahal, tiada bandingannya.
Gunung tersebut merupakan gunung yang paling tinggi di bumi Sumedang, menyimpan mitos yang belum terungkap. Kisah yang telah diwariskan secara turun temurun menuturkan Gunung tersebut ratusan tahun dipandang sebagai tempat kekuatan gaib. Orang pertama yang menginjakan kaki di gunung tersebut adalah Prabu Sokawayana (putra Prabu Guru Haji Adji Putih) yang kedua, atau adik kandung Prabu Tadjimalela. Beliau mengadakan perjalanan keliling ke daratan tinggi tersebut atas perintah ayahnya agar memperluas wilayah pemukiman di sekitar kaki gunung tersebut. Kemudian mendirikan Medang Kahiyangan artinya tempat ngahiyang atau tilem. Dalam perkembangannya tempat tersebut disucikan menjadi tempat keramat yang memiliki kekuatan gaib. Bagi seseorang yang menyempurnakan ilmu disitu akan mampu ngahiyang atau hilang tanpa bekas.
Memasuki abad ke-XVIII, gunung tersebut akan meletus bahkan penduduk di sekitarnya diguncang gempa. Pangeran Sumedang datang ke gunung tersebut untuk melakukan deteksi kebatinan, dengan menancapkan keris pusaka Kujang Emas ditengah-tengah puncaknya. Kemudian setelah itu dari perut gunung mengeluarkan aip panas yang mengalir ke kawasan Conggeang dan sekitarnya.Sejak itu pula gunung tersebut dikenal dengan Gunung Tampomas, diambil dari perkataan “tanpa kujang emas) akan meletus.
Semula gunung Tampomas bernama gunung Gede dan sebelumnya bernama gunung Geulis. Namun orang Indramayu yang mengkeramatkan gunung tersebut menyebutnya dengan Gunung Tampomas. Tampomas berasal dari kata Tampo Emas yang berarti yang menerima emas (berupa senjata pustaka yang terbuat dari logam mas yang disebut dengan Pendok Mas yang disimpan di Puncak gunung dengan cara supranatural agar gunung itu tidak meletus maka alhasih Conggeang sebagai buangan gas dan air panas dari dalam perut gunung). Menurut sejarah gunung Tampomas dulunya sering meletus dan berakibat masyarakat sekitar gunung menderita.
Gunung Tampomas dihuni oleh pelbagai jenis fauna seperti trenggiling, owa yang mukanya berwarna hitam, lutung dan monyet biasa. Ada juga Harimau Lodaya, Harimau Kumbang, Harimau Tutul, Meong Congkok, Landak, berbagai jenis ular dan kaljengking.Adapun flora yang ikut menghuni gunung ini seperti Jamuju, Rasamala, dan Saninten.
Dongeng Tampomas.
Dengan melihat Gunung Tampomas yang menjadi salah satu saksi bisu perjalanan sejarah Sumedang pada khususnya dan tanah Sunda pada umumnya, kabarnya bagi sebagian orang akan terasa suasana mistis yang cukup kuat, oleh karenanya Gunung ini banyak dijadikan tempat bertapa, semedi, atau ngelmu, karena kabarnya dulu Prabu Siliwangi juga pernah bertapa di gunung ini.
Dilihat dari tempat-tempat tertentu pun suasana mistik bisa terasa, seperti halnya tidak tahu kenapa ketika mengambil foto atau gambar ini dari kawasan hutan di Wargaluyu ini saya merasakan hawa mistik yang lumayan kuat , ah terlepas dari itu semua saya jadi ingat sebuah cerita rakyat tentang Gunung Tampomas dengan judul Sasakala Gunung Tampomas, yang menceritakan asal muasal nama Gunung Tampomas. Sasakala sendiri artinya adalah mitos atau dongeng, ..berkaitan dengan Sasakala Gunung Tampomas sendiri kurang lebih begini ceritanya :
Sasakala Gunung Tampomas
Diceritakan, Gunung Gede yang ada di Sumedang mengeluarkan suara yang menyeramkan.
Suaranya bergemuruh, dari puncaknya keluar asap bercampur debu yang menyala-nyala, dan sepertinya gunung ini akan meletus. Rakyat Sumedang ketika itu sangat-sangat kaget dan ketakutan melihatnya dan berfikir bagaimana jadinya jika Gunung Gede itu benar-benar meletus ?
Tidak diketahui siapa Bupati yang menjabat waktu itu, tapi yang pasti bupati tersebut sangat sayang dan welas asih kepada rakyatnya serta bijaksana. Walau belum ada rakyat yang melapor, sebenarnya beliau telah mengetahui bagaimana kedaan rakyatnya yang diliputi kegelisahan saat itu, dan beliau tidak berhenti memutar otak dan berpikir keras agar bisa menyelamatkan rakyatnya.
Didorong oleh rasa sayang kepada rakyatnya itu, beliau lalu menyepi di satu kamar, bersemedi memohon petunjuk dari paradewa, siapa tahu dengan begitu beliau bisa menghadap ke Yang Tunggal, diberi petunjuk untuk menyelamatkan rakyatnya.
Dengan kesungguhannya berdoa, Alhamdulillah, maksud Kanjeng Bupati kesampaian. Pada suatu malam, Kanjeng Bupati bermimpi didatangi seorang kakek, kakek-kakek tersebut memakai pakaian serba putih dan berbicara dengan sangat jelas "Cucuku yang tampan dan gagah, Eyang sudah tahu bagaimana kebingungan serta kegelisahanmu, Eyang ingin membantu agar rakyat cucuku bisa lepas dari ketakutan dan kekhawatirannya. Gunung Gede harus ditumbal oleh keris pusaka kepunyaan Cucuku yang terbuat dari emas. Dan Eyang titip, cucu jangan merasa sayang dan menyesal (telah menumbalkan keris emas), nah begitu saja dari Eyang".
Setelah berkata demikian, kakek tersebut langsung menghilang dari mimpi Kanjeng Bupati...setelah diterimanya ilapat atau wejangan tersebut, Kanjeng Bupati bergegas keluar dari kamar dan membawa keris pusaka miliknya.
Beliau langsung berangkat menuju ke puncak Gunung Gede, beliau sigap dan terlihat terburu-buru karena takut Gunung Gede keburu meletus...walaupun rakyatnya saat itu sedang dilanda kebingungan, tapi ketika menyaksikan Bupatinya berangkat ke puncak gunung mereka tidak berdiam diri, mereka tidak tega Bupati pergi seorang diri...dan akhirnya mereka pun meyertai kepergian Bupati ke puncak Gunung Gede.
Setibanya di puncak Gunung Gede, Kanjeng Bupati tidak berlama-lama...keris emas yang digenggamnya langsung dilemparkannya ke kawah Gunung Gede, rakyat yang dari tadi mengikutinya hanya bisa melongo dan tidak percaya, karena mereka tahu keris tersebut adalah keris kesayangan Kanjeng Bupati. Ketika keris tersebut sudah berada dalam kawah Gunung Gede, seketika itu juga suara yang tadinya menggelegar angker menakutkan langsung hilang seketika. Bumi yang bergetar seolah gempapun langsung hilang tak terasa lagi getarannya. Seketika rakyat langsung bersorak bersuka cita dan langsung sujud kepada Kanjeng Bupati sebagai tanda terima kasih dan semua berikrar akan setia kepadanya, ikrar tersebut diterima oleh Bupati dengan haru dan sikap rendah hati...hatinya gembira karena bisa menghindarkan rakyatnya dari bencana.
Semenjak saat itu, Gunung Gede tersebut disebut dengan nama Gunung Tampa Emas (menerima emas) oleh penduduk sekitar, dan seterusnya pengucapannya berubah jadi "Gunung Tampomas".
Begitulah dongengnya sob tentang asal muasal nama Gunung Tampomas, mungkin sobat-sobat juga pernah ada yang membaca tentang Sasakala Gunung Tampomas ini tapi berlainan versi ?? memang cerita tentang Sasakala Gunung Tampomas yang berkembang di masayarakat Sumedang kabarnya ada beberapa versi, ada juga kisah yang titik ceritanya di daerah Cipanas Buahdua, dan dengan nama Bupati yang diketahui...tapi alur ceritanya kurang lebih sama dengan diatas, menceritakan tentang Gunung Gede yang akan meletus, dan kebetulan cerita di atas lah yang saya sedikit hapal dan saya coba ceritakan kembali pada sobat-sobat semuanya...semoga bermanfaat ya...
Peninggalan Sejarah di Puncak Gunung Tampomas
Gunung Tampomas dengan kekuatan fenomena alamnya memang begitu indah,unik, penuh misteri dan mampu menggoda jiwa petualang bagi para petualang alam bebas untuk mendakinya. Apalagi Gunung Tampomas di lain sisi selalu di kaitkan dengan hal-hal atau macam-macam yang sedikit agak berbau Magis. Benarkah ?
Gunung Tampomas yang berdiri gagah dan indah yang terlihat di sekitaran kota Sumedang ini memang tidak setenar gunung-gunung lainnya di Indonesia khususnya di pulau Jawa, tetapi Gunung Tampomas mampu menghadirkan pesona alam yang indah dan memberikan kepuassan bagi para pendaki yang berpetualang di alam bebasnya, dan Gunung Tampomas juga melahirkan sejumlah cerita-cerita yang sarat akan sejarah.
Diantaranya ada peninggalan Tapak (bekas) kakinya Prabu Siliwangi Raja Pajajaran yang terkenal akan kegagahan dan kesaktian-nya, dan juga makam Ranggahadi dan Istrinya yang menurut cerita mereka itu merupakan kerabat dari Prabu Siliwangi. Dan di kawasan Gunung Tampomas di temukan juga Situs peninggalan sejarah masa lalu, diantaranya seperti Batu bergambar, Pecahan Arca, Pagar Batu, Piramida Kecil, dan Patung Ganesha.
Itu semua di temukan oleh team peneliti dari Yayasan Padaringan. Situs Purbakala tersebut di temukan di timur lereng Gunung Tampomas di sekitaran Ciputrawangi, Leuweung Candi, Puncak Narimbang, Batu Lawang, Sawah Kalapa, Puncak Manik dan Blok Cibenteng. Batu Kasur yang konon merupakan tempat tidurnya Prabu Siliwangi dan Batu Padaringan yang konon di pakai tempat persembahan atau tempat musyawarah, ini membuktikan bahwa kawasan Gunung Tampomas kaya akan keindahan alam, cagar budaya serta sejarah dari keraja'an Pajajaran di masa ke-emassan-nya pada masa lalu di tataran sunda.
Batu Kasur / Pasare'an (tempat tidur)
yang konon tempat atau sempat di pakai
tempat istirahatnya / tidurnya Sang Raja
yang gagah perkasa yakni Prabu Siliwangi.
Satu di antara tempat sejarah yang mungkin
membuktikan cerita tentang masa lalu.
Salah Satu Route Pendakian
Rute Pendakian kami kali ini melalui dusun Narimbang Kec.Congeang Kab.Sumedang.
Mentari pagi masih hangat menemani kami, geliat kehidupan dusun Narimbang mulai terasa denyut-nya, satu persatu penduduk mulai beraktivitas memulai harinya dengan pergi ke Ladang dan Kebun-nya sepanjang jalan di sekitaran dusun Narimbang terlihat kebun-kebun salak, kolam-kolam ikan yang airnya berasal dari Gunung Tampomas. Untuk mencapai Gunung Tampomas terdapat beberapa rute pendakian bisa melalui Desa Cibeureum, Desa Cimalaka, atau Buah Dua.
Sedangkan jalur Desa Narimbang yang kami lalui sekarang merupakan jalur yang sering digunakan oleh para pendaki untuk mencapai puncak Gunung Tampomas. Nyanyian kami di sepanjang jalan TAMPOMAS NU MATAK WA'AS.
Pukul 09-00 wib kami mulai melakukan pendakian, dan belum apa-apa kami sudah di hadapkan dengan tanjakan-tanjakan yang cukup menguras tenaga, namun berkat keindahan dan kesejukkan alamnya yang disuguhkannya pada kami, itu semua dapat menghilangkan rasa letih dan lelah justru sebaliknya malah menjadi lebih semangat dan khus'syu untuk mencapai puncak berkat keindahan alam-nya.
Satu jam lebih kami tiba di pertiga'an, yaitu pertemuan rute dari arah Cibeureum, Narimbang, dan dari arah Desa Buah Dua, dari arah Desa Narimbang terus lurus menuju ke arah puncak Tampomas, karna yang berbelok ke arah kanan akan menuju ke puncak Narimbang. Sejenak kami beristirahat untuk sekedar menghapus rasa dahaga kami dan menghisap sebatang rokok sambil memandangi tanjakan yang akan kami lalui yang mungkin akan sedikit menghadang laju pendakian kami. Setelah kurang lebih seperempat jam kamipun memulai perjalanan kami, sedikit repot karna jalur yang kami lalui selain jalur yang menanjak juga tanahnya yang licin karna bercampur dengan batu-batu kecil, tapi itu semua malah membikin kami malah bertambah senang, betapa tidak di antara sahabat-sahabatku ada yang tergelincir kecil, ada yang sempat tertindih oleh sahabat yang di atasnya karna sedikit terpeleset , namun Edan, itu semua kami terima dengan tertawa-tawa dan tetap saling membantu, mungkin perkara atau hal yang seperti inilah yang bisa memperkuat / mempertahankan persaudara'an kami di setiap petualangan, justru di dalam setiap pendakian-petualangan kami melihat dan merasakan lebih besar merasa bahwa kami ini adalah satu dan satu adalah kami.
Dengan berat di punggung akhirnya kamipun sampai di sebuah batu besar, penduduk setempat yang tinggal di kaki Gunung Tampomas menyebutnya dengan BATU KUKUS. Karna menurut cerita penduduk sekitar Batu ini sering di gunakan oleh peziarah untuk bersemedi / ngalap berkah sebelum melanjutkan ziarah-nya ke tempat yang lebih tinggi, yaitu ke Patilasan Prabu Siliwangi dan Makam-makam yang berada tepat di puncak Gunung Tampomas.
Kami beristirahat di Batu Kukus sambil meregangkan kaki yang mulai terasa kaku dan pegal. Sekitar 30 menit kami beristirahat dengan di temani kesejukkan udara serta kesegar ran hembusan angin yang datang dari lembah-lembah di sekitar hutan Gunung Tampomas.
Setelah fisik kami terasa segar kembali kamipun siap untuk melanjutkan pendakian, kali ini kami dihadapkan dengan rute / trex's yang cukup menanjak dan menantang, apalagi di depan sudah siap menyambut kami yaitu Tanjakan Taraje, yang kemiringan-nya sekitar 80 derajat, di perlukan extra kehati- hatian dan tenaga extra karena jalanan terjal dan berbahaya. Batu Kukus
Selanjutnya kami harus melewati beberapa rute pendakian lagi sebelum mencapai puncak Gunung Tampomas, seperti melewati Tanjakan Taraje dan Sanghiyang Tikoro, Batu Lawang atau sanghiyang lawang, dan terakhir puncak Gunung Tampomas.
Hutan Gunung Tampomas yang bervariatif serta keharmonis- sannya, membuat perjalanan pendakian kami terasa begitu sangat menyenangkan. Sesekali suara binatang penghuni hutan saling bersahutan satu sama lain seakan-akan mengucapkan selamat datang dan salam rimba / salam persahabatan. Alhamdulillah dengan semangat dan mental yang kuat untuk mencapai puncak Gunung Tampomas, kami tiba di sebuah batu yang cukup besar ukurannya, batu ini di sebut batu Lawang, sebutan itu muncul karena persis di tengah-tengah batu itu seperti ada pintunya, oleh karena itu masyarakat sekitar menyebutnya dengan batu Lawang (pintu) dan Batu Lawang inipun sering di kunjungi oleh Batu Lawang para peziarah-peziarah.
terutama para peziarah yang datang dari sekitaran Sumedang, Cirebon, Indramayu, Majalengka dan sebagainya.
Dengan perjuangan yang keras dan banyak menguras tenaga dan cukup melelahkan sekitar 500 meter lagi kami akan mencapai puncak Gunung Tampomas, kamipun terus berjalan walau harus menahan berat beban di pundak, akhirnya kami sampai juga di Puncak Gunung Tampomas dengan cuaca yang sangat bersahabat, begitu cerah dan sungguh sungguh indah dan sujud syukurpun kami persembahkan pada-Mu ya Alloh atas ijin-Mu dalam keberhasilan kami mencapai Puncak Gunung Tampomas. Naik turun perbukitan, menjelajahi hutan-Mu, dan berpetualang di rimba-Mu sungguh pengalaman yang sangat mengasyikan dan memuaskan dan juga begitu indah dan menyenangkan ketika kami mencapai puncak-Mu. Segala lelah pegal dan peluh semuanya sirna dengan suguhan-Mu di puncak Tampomas sebagai hadiah-Mu sekali lagi sujud syukur dan rasa terima kasih kami panjatkan kepada keAgungan-Mu dan kamipun merasa lebih dekat dengan-Mu wahai sang Pencipta alam yang sungguh indah dan mempesona ini Amiin Amiin terima kasih Alloh dan tampak dari kejauhan Gunung Ciremai yang merupakan Gunung tertinggi di Jawa Barat berdiri tegap / berdiri gagah melambai-lambai seakan-akan mengucapkan selamat atas keberhasilan dan kesuksesan kami mencapai Puncak Tampomas .
Pengalaman yang akan sulit kami lupakan dan pengalaman yang sungguh sangat menyenangkan dan tak lupa terima kasih sebesar-besarnya untuk sahabat saya. kalian memang telah membuktikan bahwa kita adalah satu dan satu adalah kita.
Title : Gunung Tampomas Yang Indah
Description : Gunung Tampomas Ketinggian 1.684 m (5.525 ft) Lokasi Jawa Barat, Indonesia Koordinat 6,77°LS 107,95°BT Geologi Jenis Stratovolcano ...
Description : Gunung Tampomas Ketinggian 1.684 m (5.525 ft) Lokasi Jawa Barat, Indonesia Koordinat 6,77°LS 107,95°BT Geologi Jenis Stratovolcano ...