Mengulas Alas Ketonggo / Hutan Srigati Ngawi
(Ngawi)Eyang Srigati adalah Priyagung, seorang begawan dari Benua Hindia yang datang ketanah jawa. Beliaulah yang menurunken Kerajaan-kerajaan di Indonesia mulai dari Pajajaran, Majapahit, Mataram dan seterusnya. Semua kisah Spiritual tertuang di Punden Srigati yang terdapat di desa Babatan kec. Paron. Kab. Ngawi.NGAWI. Alas Srigati ataupun dikenal dengan sebutan alas Ketonggo merupakan tempat yang bersejarah menurut dari legendanya. Dengan adanya daya tarik tersendiri itulah seperti biasanya pada saat 1 Muharam atau pergantian malam bulan hijriyah selalu dipadati ribuan pengunjung dari berbagai daerah. Sejak waktu mulai beranjak malam para pengunjung mulai berdatangan, mereka ada yang datang dengan cara berkelompok dan perseorangan. Terlihat dari plat nomor mobil yang dipakai pengunjung dapat dinyatakan mereka berasal mulai daerah Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya dan daerah terdekat dengan Ngawi seperti Nganjuk, Kediri dan Malang.
Acara ritual yang dilakukan para pengunjung diAlas Srigati waktunya pun bervariasi mulai tengah malam sampai waktu shubuh. Dan begitu juga tempatnya berlainan karena dilokasi Alas Srigati sendiri ada sekitar 12 lebih tempat petilasan. Seperti Punden Krepyak Syeh Dombo atau Palenggahan Agung Brawijaya, Padepokan Kori Gapit, Palenggahan Watu Dakon, Sendang Drajat, Sendang Mintowiji, Goa Sido Bagus, Sendang Suro, dan Kali Tempur. Menurut juru kunci Alas Srigati, Ki Among Jati menjelaskan secara rinci, para pengunjung yang datang di Alas Srigati biasanya mereka ingin napak tilas mengenang sejarah dimana Raja Majapahit yaitu Prabu Brawijaya V singgah terlebih dahulu di Alas Srigati untuk melepaskan baju kebesarannya sebelum melanjutkan perjalanan ritual ke puncak Gunung Lawu.
Lanjut Ki Among Jati, pengunjung di Alas Srigati tidak melakukan hal-hal yang sifatnya syirik, seperti menyembah punden segala macam. Akan tetapi para pengunjung melakukan ritual mengambil tempat Alas Srigati hanya sebagai tempat perantara untuk menyambung segala permintaan kepada Allah SWT. Seperti terlihat di Palenggahan Agung Brawijaya pengunjung sambil membakar dupa sebagai bentuk permintaan dan do’a kepada Yang Maha Kuasa. ‘’Disini pengunjung mempunyai berbagai permintaan untuk dikabulkan dari Yang Maha Kuasa, seperti minta kesehatan, keselamatan dan masih banyak lagi dan jangan dianggap di Alas Srigati ini melakukan hal-hal yang menyimpang dan untuk hari biasa yang ramai dikunjungi yaitu pada hari malam Jum’at Kliwon, Jum’at Legi dan malam Selasa Kliwon’’ jelas Ki Among Jati.
Sementara kilas balik dari sejarah ditemukannya petilasan Srigati merupakan dari jasa mantan Kepala Desa Babadan pada tahun 1963 yaitu Somo Darmodjo kemudian tahun 1974 didatangai Gusti Dorodjatun IX dari Kasunanan Surakarta dan menyatakan benar bahwa petilasan Punden Krepyak Syeh Dombo merupakan bagian dari sejarah dari Majapahit. Yang saat itu Prabu Brawijaya melakukan perjalanan menuju puncak Gunung Lawu dan oleh Gusti Dorodjatun IX dinamakan dengan sebutan Srigati. Namun, dengan adanya wisata religi Alas Srigati tidak dibarengi pengembangan potensi yang ada seperti fasilitas jalan yang menuju lokasi Alas Srigati yang kondisinya sangat rusak terlihat disana-sini berlubang. Alhamdulilah dari tahun 2011 jalan menuju ke alas srigati atau ketonggo sudah mulai di perbaiki, begitu pula gerbang pintu masuk, warung, mushola dan prasarana lainnya.
Alas Ketonggo, “alas” berarti hutan, dasar pokok atau keramaian. Ketonggo berasal dari kata “katon” (terlihat) dan “onggo” (makhluk halus) atau makhluk halus atau kehidupan yang halus yang katon atau kelihatan. Siapapun yang meyakini kekuasaan Tuhan harus meyakini adanya alam rohani, tempat kehidupan makhluk-makhluk rohani atau gaib. Ada kehidupan setelah terjadi kematian, yaitu alam kehidupan gaib atau alam rohani bagi para arwah yang telah meninggalkan dunia atau alam kehidupan jasmani. Siapapun yang hendak menuju kehadirat Tuhan-nya esok sebagai tujuan atau perjalanan akhir harus memahami alam kehidupan rohani. Jelasnya, siapapun untuk tertuju kehadirat-Nya harus melewati tujuh lapisan alam kehidupan rohani atau harus melewati perjalanan langit ke tujuh.
Selagi dirimu hanya terbelenggu oleh pengetahuan akal alam jasmani dengan mengandalkan perangkat tubuh jasmani dan inderanya, dirimu tidak akan pernah mampu mengerti dan memahami dimensi kehidupan alam gaib itu. Mengetahui alam kehidupan jasmani sebagai pijakan dasar yang tidak boleh ditinggalkan selagi menjadi manusia. Namun tujuh alam kehidupan rohani juga harus kau alami dan ketahui. Untuk mengetahui kehidupan alam rohani, dirimu harus memahami sinandi Alas Ketonggo, yang sesungguhnya kehidupan buwana alit-mu. Bukankah dirimu sering mengalami kekosongan, keheningan dan kesepian seperti di tengah hutan lebat yang jauh dari aktivitas manusia. Tentu di dalam kesepian, kekosongan dan keheningan akan menjumpai keramaian yang melebihi aktivitas alam jasmani yang senyatanya. Itulah pengertian dasar Alas Ketonggo.
Kosong adalah isi, isi adalah kosong. Maya itu katon dan katon itu maya. Ini bukan hanya seperti yang dikatakan bikshu Thong di film kera sakti namun Itulah pokok-pokok pengertian rohani Alas Ketonggo yang sesungguhnya menyimpan rahasia atau tabir pengetahuan dan pengertian untuk cerdas dan tangkas menyikapi kehidupan bersama. Memahami sifat dan peran fenomena energi hawa dan nafsu di dalam kehidupanmu akan mengungkap segala pencarian aktivitas keramaian akan mendapatkan kesepian dan mencari keheningan dan kesepian akan mendapatkan keramaian. Hanya orang yang beralaskan kesadaran saja yang mampu mengungkap rahasia itu. Alas Ketonggo adalah ekspresi kehidupan jiwamu yang terdapat fenomena energi hawa dan nafsu yang harus kau kendalikan dan kau atur demi kebaikan hidupmu dan sesamamu.
Fenomena energi hawa dan nafsu di dalam jiwamu ada pada pikiran, perasaan dan budimu yang syarat dengan adanya kegiatan maya dan samar seperti angan-angan, harapan, khayalan, imajinasi dan impian. Bukankah fenomena energi itu seperti aktivitas makhluk halus di alam maya atau alam rohani yang sulit ditentukan oleh siapapun yang tidak mengetahui dan memahaminya. Siapapun yang mampu menyatakan segala perwujudan yang maya dan samar maka disebut mengalami alas ketonggo. Melihat atau menyaksikan, mengalami hingga terampil bertahan hidup di alas ketonggo (jiwa) adalah yang seharusnya kau alami dalam kehidupanmu saat ini, agar dirimu membuahkan cipta, rasa dan karsa karya nyata untuk membangun hidup dunia bagi sesamamu.
Siapapun yang telah lulus dari alas ketonggo akan menjadi pemimpin bagi umat manusia dan segenap makhluk hidup beserta alam semesta ciptaan-Nya. Jangan sampai hidupmu dikuasai oleh jagat onggo-onggo atau jagatnya para dedemit atau makhluk halus yang serba menebar kebingungan, kekhawatiran, ketakutan, mudah heran (gumunan) tetapi kita yang harus menguasainya. Oleh sebab itu, kuasailah Alas Ketonggo (jiwamu). Menguasai Alas Ketonggo akan memahami pengertian Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwataning Diyu, agar dirimu tidak dikuasai oleh mereka yang menguasai segala hal yang samar atau yang tidak jelas, seperti kekhawatiran, kebingungan, ketakutan, dll.
Pada dasarnya ketakutan, kekhawatiran, kebingungan dan ketakutan hanyalah bagi siapapun yang belum genap pengertian dan pengetahuannya. Selama dirimu mengalami ketakutan, kekhawatiran dan kebingungan, berarti dirimu masih dikuasai dan dibelenggu oleh setan atau iblis beserta walinya, yang berkarya menguasai dan membelenggu hidupmu. Alas Ketonggo adalah sinandi bagimu yang harus kau ketahui rahasianya, agar dirimu genap disebut manusia yang hidup karena titah Tuhan, bukan hidup karena asal atau waton hidup. Siapapun yang belum memahami apa yang tersirat dalam Alas Ketonggo akan tersesat, karena sebuah dasar pengetahuan pokok dalam melakukan perjalanan hidup yang sekaligus sebagai perjalanan rohani.
Sejarah serta jati diri dan identitas bangsamu tersimpan memorinya di dalam alas ketonggo. Dirimu akan mengungkapnya dengan melihat aktivitas leluhurmu di alam rohani alas ketonggo. Memasuki alas ketonggo akan membuat dirimu cerdas, berpengetahuan dan berpengertian luas untuk menyelesaikan segala permasalahan yang ada. Bahkan segala pengetahuan yang telah punah dan sirna oleh zaman masih tersimpan rapi di alas ketonggo, tentu mendapatkannya dengan berinteraksi di dalam pengetahuannya. Siapapun yang berhasil mengupas Alas Ketonggo akan menjadi sosok pemimpin, sebab dengan pengetahuan dan pengertiannya akan membuahkan terang bagi yang mengalami kegelapan pengetahuannya dan menjadi pembebas penderitaan.
Bangsa yang jaya tetap terus berjuang menemukan dan mempertahankan jati diri dan identitasnya, dengan berjuang mencapai pencerahan atau kemerdekaan menuju kedamaian, ketentraman dan kemakmuran baginya. Bukankah kesengsaraan dan derita adalah simbol daripada neraka dan simbol kebahagiaan, kemerdekaan, kebebasan, pencerahan, kemakmuran, kedamaian dan ketentraman adalah simbol surga. Satria piningit akan muncul dari alas ketonggo, dengan tanda munculnya bathok bolu isi madu adalah sinandi bagi perjalanan rohani.
Bathok Bolu Isi Madu adalah makna tersirat dalam Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwataning Diyu yang diawali dengan pembukaan delapan lubang atau pintu gerbang energi kehidupan agar terbuka pintu yang kesembilan. Hanya Satria piningitlah dalam pengertian tersirat yang mampu membuka kedelapan pintu gerbang atau yang disebut Bathok Bolu Isi Madu. Olehnya, ke delapan pintu gerbang terbuka di dalam bathok bolu isi madu oleh satria piningit, kemudian satria piningit mampu membuka pintu gerbang kedelapan, maka satria piningit menjadi Ratu Adil. Munculnya bathok bolu isi madu sebagai tanda keberhasilan satria piningit, jika berhasil membuka pintu gerbang kebebasan dan pencerahan hidup. Pintu gerbang kesembilan jika terbuka maka satria piningit akan melepaskan ikatan duniawi lapis tujuh, hingga disebut sebagai Ratu Adil atau Hingkang Sinuwun atau Ingsun. Satria piningit itu adalah dirimu atau pribadi sejatimu atau roh sejatimu yang menguasai hidupmu, yang disebut Ingsun.
Mengapa alas ketonggo menjadi sinandi pencerahan rohani dan jasmani beserta kejayaan umat manusia, di dalam pengetahuan luhur budaya Jawa?
1. Alas walaupun disebut hutan yang oleh beragam makhluk hidup seperti pepohonan, hehewanan serta makhluk halus yang berasal dari arwah-arwah para leluhur masa silam, sebagai ekspresi fenomena hawa dan nafsu kita semua, yang liar dan terkendali.
2. Sinandi alas ketonggo sebagai sinandi kehidupan jagat cilik (hawa dan nafsu-kita) dan jagat gedhe (alam semesta).
3. Alas ketonggo dalam pengertian jagat cilik adalah fenomena kehidupan kita, yang pada dasarnya sulit dikendalikan tetapi harus mampu kita kendalikan. Sedangkan alas ketonggo dalam arti makro atau dalam pengertian nyata, seperti Kraton beserta Raja-nya sebagai sentral budaya, tempat-tempat yang dimitoskan atau disakralkan dalam kegiatan peziarahan. Arti pesan yang mendalam bahwa kita tidak boleh meninggalkan budaya dan sejarah masa lalu.
4. Alas Ketonggo tempat arwah-arwah para leluhur yang telah meninggalkan dunia puluhan hingga ratusan tahun, namun belum berpulang dihadirat Tuhan, dan masih menyimpan rapi di dalam tubuh halus maniknya.
5. Banyak pengetahuan masa silam yang sebagai simbol jati diri dan identitas bangsa-mu di Alas Ketonggo. Oleh itu, kehidupan para arwah leluhur masih aristokrat, sesuai peradaban budayanya lalu.
6. Peradaban budaya beserta nilai-nilai luhur masa silamnya menyimpan potensi kekuatan identitas dan jati diri bangsa-mu. Apabila bangsa-mu ingin jaya dan menjadi terang dunia harus berpijak pada budaya atau jati diri dan identitasmu.
7. Jangan melupakan sejarah atau budaya leluhur-mu, jika melupakan sejarah dan budaya-mu dari situlah kelemahan bangsa-mu.
8. Pahamilah sandi Alas Ketonggo, sebab dialah yang menyimpan sejarah, rahasia dan kenangan masa lalu yang membantu dirimu untuk menemukan jati diri dan identitasmu.
9. Bukankah bangsamu mengalami krisis keyakinan dan kepercayaan akan jati diri dan identitasmu. Artinya bangsamu telah asing mengenali potensi dirinya.
10. Bahkan bangsamu tidak mengetahui dan menyadari kekrisisannya. Itulah bencana akibat meninggalkan pilar dan pondasi budayanya.
11. Negara dan bangsa manapun akan mengalami kejayaan jika telah menemukan jati diri dan identitasnya (budayanya) dan itu tersimpan dalam sandi Alas Ketonggo.
12. Walaupun sandi Alas Ketonggo disebut dan dikatakan mitos bagi pemahaman modern, tetap mereka jaya sebagai pusat pemikiran dikarenakan berangkat dari mitos atau yang disebut angan-angan, harapan, cita-cita, impian, dll.
13. Bangsa manapun tidak akan maju dan jaya jika meninggalkan angan-angan, harapan, cita-cita, keinginan, kehendak, harapan, impian yang kesemuanya adalah simbol mitos.
14. Lihatlah bangsa-bangsa yang telah jaya, mereka mengawali kejayaannya dengan kesadaran kolektif mitosnya di dalam jiwa pikiran, perasaan, budi dan perilaku indera jasmaninya atau cipta, rasa dan karsanya.
15. Alas Ketonggo sandi untuk menggali jati diri dan identitasnya sebagai awal mengumpulkan kekuatan untuk terbebaskan dari kesengsaraan, derita, ketidaktentraman dan ketidakdamaian, ketidakmakmuran, kemiskinan dan belenggu bangsa-mu.
16. Bangsa yang telah jaya menggali budaya asalnya sendiri melalui prosesi sinandi alas ketonggo dengan menghormati perjuangan leluhurnya.
17. Bagaimana bangsamu atau dirimu akan mendapatkan pencerahan dan kemerdekaan hidup bagi bangsamu, jika dirimu saling berjuang demi kepentingan dan kekuasaan kelompok-mu.
18. Salah satu nasehat sinandi Alas Ketonggo,“Janganlah energi jiwa hawa dan nafsumu saling bertubrukan menyalakan api kesengsaraan yang menambah dirimu atau bangsamu saling terbelenggu dan membelenggu”.
19. Jika energi jiwa hawa dan nafsumu saling bertubrukan atau bertabrakan maka dirimu akan saling memiliki kebingungan, saling memiliki kekhawatiran, saling memiliki ketakutan, sekalipun hal itu terungkap atau tidak terungkap.
20. Masuklah ke alam alas ketonggo, disitulah banyak pengetahuan yang mengisi kekurangan dan kelemahanmu, agar dirimu tidak mudah bingung, takut, khawatir, menderita dan sengsara, dll.
21. Jika dirimu mampu membuka sinandi Alas Ketonggo, ambillah potensi lebihnya dan jadikan kelemahannya menjadi hikmah, agar dirimu trampil menghimpun kekuatan dan mengerti keinginan dan kehendak energi hawa dan nafsu untuk menyelamatkan generasi muda bangsa-mu.
22. Jika telah mampu membuka sinandi Alas Ketonggo, para leluhurmu akan berinteraksi denganmu dan memberikan pengetahuan yang memubuat bangsa-mu jaya dan maju.
23. Memasuki alas ketonggo diperlukan seni ketrampilan melepaskan belenggu tubuh jasmani, jika tidak memiliki hanya akan dapat kesunyian dan aktivitas kesendirian tanpa arti dan makna seperti melamun atau menghayal.
24. Alangkah lebih lengkapnya jika dirimu yang memiliki kecerdasan akal jasmani, kemudian memiliki kecerdasan rohani di dalam pikiran, perasaan dan budimu, maka pengetahuan dan ketrampilanmu akan disebut seimbang.
25. Sungguh keseimbangan diperlukan jika memasuki alas ketonggo, agar akal jasmani dipersiapkan agar tidak mengalami gejolak keterbatasan dengan kehidupan rohani.
sumber: blog berguna lagi
Title : Mengulas Alas Ketonggo / Hutan Srigati Ngawi
Description : Mengulas Alas Ketonggo / Hutan Srigati Ngawi (Ngawi)Eyang Srigati adalah Priyagung, seorang begawan dari Benua Hindia yang datang ketana...
Description : Mengulas Alas Ketonggo / Hutan Srigati Ngawi (Ngawi)Eyang Srigati adalah Priyagung, seorang begawan dari Benua Hindia yang datang ketana...
Wah bagus , nambah ilmu . Terima kasih sebelumnya.
BalasHapusinfo yang menarik
BalasHapushutan alas ketonggo terkenal angker, komentar balik ya ke blog saya www.goocap.com
BalasHapusulasan yang sangat menarik
BalasHapus